Senin, 29 Desember 2008

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT

Pendahuluan

Di masa lalu, suatu rumah sakit dibangun di suatu wllayah yang jaraknya cukup jauh dan daerah pemukiman, dan biasanya dekat dengan sungai dengan pertimbangan agar pengelolaan limbah baik padat rnaupun cair tidak berdampak negatif terhadap penduduk, atau bila ada dampak negatif maka dampak tersebut dapat diperkecil.
Untuk pengolahan air limbah rumah sakit dengan kapasitas yang besar, umuninya menggunakan teknlogi pengolahan air lirnbah °Lurnpur Aktir atau Activated Sludge Process, tetapi untuk kapasitas kecil cara tersebut kurang ekonmis karena biaya operasinya cukup besar. Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dan hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi: limbah domestik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian; Limbah cair klinis yakni air Limbah yang berasal dan kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah dll.; air lirnbah laboratorium; dan lainnya.
Air limbah rumah sakit yang berasal dan buangan domestik maupun buangan limbah cair klinis umumnya mengandung senyawa polutan organik yang cukup tinggi, dan dapat diolah dengan proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air limbah rumah sakit yang benasal dari laboratorium biasanya banyak rnengandung logam berat yang mana bila air limbah tersebut dialirkan ke dalam dapat mengganggu proses pengolahannya. OIeh karena itu untuk pengelolaan air limbah rumah sakit, maka air limbah yang berasal dari laboratorium dipisahkan dan ditampung, kemudian diolah secara kimia-fisika, Selanjutnya air olahannya dialirkan bersania-sama dengan air limbah yang lain, dan selanjutnya diolah dengan proses pengolahan secara biologis. Diagram proses pengelolaan air limbah rumah sakit secara umum dapat dilihat seperti pada gambar I.

Image

Gambar 1: Diagram pengelolaan air limbah rumah sakit

Proses Pengolahan

Seluruh air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit, yakni yang berasal dari limbah domestik maupun air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit dikumpulkan melalui saluran pipa pengumpul. Selanjutnya dialirkan ke bak kontrol. Fungsi bak kontrol adalah untuk mencegah sampah padat misalnya plastik, kaleng, kayu agar tidak masuk ke dalam unit pengolahan limbah, serta rnencegah padatan yang tidak bisa terurai misalnya lumpur, pasir, abu gosok dan lainnya agar tidak masuk kedalam unit pengolahan limbah. Dari bak kontrol, air limbah dialirkan ke bak pengurai anaerob. Bak pengurai anaerob dibagi menjadi tiga buah ruangan yakni bak pengendapan atau bak pengurai awal, biofilter anaerob tercelup dengan aliran dari bawah ke atas (Up Flow), serta bak stabilisasi.
Selanjutnya dari bak stabilisasi, air limbah dialirkan ke unit pengolahan lanjut. Unit pengolahan lanjut tersebut terdiri dari beberapa buah ruangan yang berisi media untuk pembiakan mikro-organisme yang akan menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah. Setelah melalui unit pengolahan lanjut , air hasil olahan dialirkan ke bak khloronasi. Di dalam bak khloronasi air limbah dikontakkan dengan khlor tablet agar seluruh mikroorganisme patogen dapat dimatikan. Dari bak khlorinasi air limbah sudah dapat dibuang langsung ke sungai atau saluran umum.

Bentuk dan Prototipe Alat

Rancangan prototipe alat dirancang yang digunakan untuk uji coba pegolahan air limbah rumah sakit ditunjukkan sepenti pada Garnbar IV.1. Prototipe alat ini secara garis besar tendiri dari bak pengendapan/pengurai anaerob dan unit pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aenob. Bak pengurai anaerob dibuat dari bahan beton cor atau dari bahan fiber glas (FRP), disesuaikan dengan kondisi yang ada. Ukuran bak pengurai anaerob yakni panjang 160 cm, lebar 160 cm, dan kedalaman efektif sekitar 200 cm, dengan waktu tinggal sekitar 8 jam.
Unit pengolahan lanjut dibuat dari bahan fiber glas (FRP) dan dibuat dalam bentuk yang kompak dan langsung dapat dipasang dengan ukuran panjang 310 cm, lebar 100 cm dan tinggi 190 cm. Ruangan di dalam alat tersebut dibagi menjadi beberapa zona yakni ruangan pengendapan awal, zona biofilter anaerob, zona biofilter aerob dan rungan pengendapan akhir. Media yang digunakan untuk biofiiter adalah batu apung atau batu pecah dengan ukuran 1-2 cm, atau dari bahan lain misainya zeolit, batubara (anthrasit), plastik dan lainnnya.
Selain itu, air limbah yang ada di dalam ruangan pengendapan akhir sebagian disirkulasi ke zona aerob dengan menggunakan pompa sirkulasi.

Image

Gambar 2: Diagram proses pengolahan air limbah rumah sakit

Kapasitas Alat

Prototipe alat ini dirancang untuk dapat mengolah air limbah sebesar 10 -15 m 3/hari, yang dapat melayani rumah sakit dengan 30 —50 bed.

Lokasi Penempatan Alat

Uji coba prototipe alat pengolah air limbah rumah sakit dilakukan Rumah Sakit “Makna”, Ciledug, Tangerang. Air yang diolah adalah seluruh limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit, yakni baik yang berasal dari limbah domestik maupun limbah yang berasal dari limbah klinis.

Image
Gambar 3: Penampang melintang

Image

Gambar 4: Pembangunan IPAL di dalam tanah

Image

Gambar 5: IPAL RS. Jatiroto, Jawa Timur

1 komentar: